Nah, apakah Anda sudah mengenal jenis-jenis baju adat Betawi berdasarkan fungsi dan kebutuhannya? Secara garis besar, pakaian Betawi terbagi menjadi 3, yaitu pakaian khusus pengantin , pakaian resmi, dan pakaian sehari-hari.
Untuk lebih jelasnya, yuk simak ulasan mengenai jenis dan keunikan pakaian adat Betawi berikut ini!
Contents
Pakaian Adat Betawi Kebaya Encim
Kebaya encim adalah salah satu pakaian khas Betawi yang cukup familiar dan digemari para wanita. Pakaian yang sering disebut kebaya kerancang ini bisa dikenakan oleh gadis remaja, perempuan muda, hingga perempuan setengah baya .
Bentuk kebaya hasil akulturasi budaya Tionghoa, Arab, dan Jawa ini agak meruncing pendek di bagian depannya. Lengan bawahnya pun melebar hingga diameter 20-35 cm, seperti model kebaya goeng. Salah satu yang membuat tampilan baju ini menarik adalah memiliki bordiran menonjol motif bunga pada bagian dekat kancing dan lengan bawah.
Nah, seiring berkembangnya zaman, kebaya encim mulai dimodifikasi menggunakan bahan sutra alam, brokat, sutera, dan lainnya. Bagian bawahnya pun bisa menggunakan rok atau celana panjang, berbeda dengan zaman dahulu yang harus mengenakan kain sarung. Namun, kebaya Betawi ini biasa dipadankan dengan motif batik bawahan, tatanan rambut cepol, dan sandal selop.
Keistimewaan dari kebaya encim di antaranya:
- Memiliki bentuk dengan menggabungkan budaya Tionghoa, Arab dan Jawa;
- Bagian bawahnya meruncing dengan lengan bawah yang melebar;
- Memiliki bordiran menonjol dengan motif bunga;
- Dibuat dengan menggunakan bahan sutra alam, brokat, sutera dan lain sebagainya;
- Baju ini dipadukan dengan bawahan rok atau celana panjang yang membuat pemakainya menjadi lebih elegan.
Baju Adat Betawi Sadaria
Jika wanita Betawi mengenakan kebaya encim, maka laki-laki Betawi mengenakan Baju Sadaria. Pakaian adat Betawi yang satu ini identik dengan baju berbahan katun dan sutra, bermodel kerah tinggi, memiliki kantong di kanan dan kiri bawah, berkancing sampai bawah, dan biasanya berlengan panjang, seperti baju koko.
Baju simple tersebut kerap dipadankan dengan celana panjang yang longgar, baik bermotif batik maupun polos. Nah, agar terlihat Betawi banget, baju sadaria dilengkapi dengan kain sarung yang dilipat rapi dan disampirkan pada bahu, kain ini bernama cukin. Tidak lupa juga mengenakan kopiah hitam polos dan sandal selop terompah jika Anda tertarik menggunakan baju khas Betawi ini.
“Baju Sadaria identik dengan baju berbahan katun dan sutra, bermodel kerah tinggi, memiliki kantong di kanan dan kiri bawah, seperti baju koko.”
Pakaian Adat Pangsi Betawi
Pakaian adat Betawi lainnya adalah pangsi Betawi yang juga dikenakan oleh laki-laki. Berbeda dengan baju sadaria yang terkesan formal, baju ini lebih santai namun sering digunakan pada acara pernikahan. Ya, pernah melihat upacara pernikahan adat Betawi bukan? Nah, seseorang yang berperan sebagai pesilat atau pendekar di tradisi palang pintu harus mengenakan baju pangsi Betawi.
Ciri-ciri pangsi Betawi adalah berkerah bundar, berlengan panjang, dengan bawahan celana panjang yang lebar. Setelan ini juga kerap dilengkapi dengan sabuk khas Betawi dan kopyah warna hitam atau merah polos. Lain halnya dengan baju sadaria yang mengenakan selop, pangsi Betawi justru mengenakan sandal jepit yang sederhana.
Baju Adat Betawi Celana Kain Motif Batik
Celana kain motif batik sering digunakan untuk melengkapi baju sadarah yang dikenakan laki-laki. Bentuk celana ini sama seperti celana kolor biasa, yakni dengan karet pada bagian pinggang, panjang selutut, dan cenderung lebar. Motif batik yang digunakan pun bermacam-macam, dengan coklat sebagai warna dominannya.
Karena modelnya cukup sederhana, maka celana ini sering pula digunakan untuk kegiatan sehari-hari oleh masyarakat Betawi, khususnya pria. Ya, meski zaman semakin modern, Anda masih bisa menemukan masyarakat Betawi yang mengenakan celana adat ini.
Pakaian Adat Betawi Sorban dan Selendang
Pakaian adat Betawi milik laki-laki lebih identik dengan sorban dan selendang. Aksesoris ini digunakan untuk melengkapi baju sadaria. Sorban atau selendang biasanya berupa sarung yang dilipat rapi, kemudian disampirkan pada bahu atau diselempangkan pada leher.
Warna dari sorban dan selendang sendiri sangat variatif, tergantung dengan warna baju atau bawahan dari pakaian adatnya.
Pakaian Adat Betawi Kopiah dan Ikat Pinggang
Selain sorban dan selendang, ada aksesoris lain yang kerap digunakan oleh laki-laki Betawi, yakni kopiah dan ikat pinggang. Kopiah yang dikenakan umumnya berbahan beludru dan berwarna hitam atau merah polos.
Dengan mengenakan kopiah bludru serta ikat pinggang yang cukup lebar, maka kesan Betawinya semakin kuat. Masyarakat Betawi khususnya laki-laki dewasa bahkan sering mengenakan aksesoris semacam ini dalam kehidupan sehari-hari.
Pakaian Adat Betawi Bangsawan Ujung Serong
Dahulu kala, pakaian adat ini hanya dikenakan oleh kaum bangsawan. Namun kini, pakaian bangsawan ujung serong kerap dikenakan oleh para pegawai di Provinsi Jakarta. Ya, pada hari dan acara resmi tertentu, para PNS Provinsi DKI Jakarta diwajibkan menggunakan pakaian adat ujung serong yang lengkap.
Pakaian Betawi yang satu ini terdiri dari jas berwarna gelap, kemeja putih, kain batik, dan celana yang sewarna dengan jas. Kain batik di sini digunakan sebagai pelapis celana bagian atas saja. Kopiah beludru juga tidak lepas dari pakaian yang ada ini, membuat tampilannya Betawi banget.
Pakaian Adat Pengantin Betawi
Layaknya pakaian adat Jawa Tengah dan baju adat Jawa Timur, yang memiliki pakaian adatnya sendiri khusus untuk acara pernikahan, orang Betawi juga memiliki pakaian adatnya sendiri.
Masyarakat Betawi hingga kini masih memegang teguh nilai budaya dalam acara pernikahan, sehingga pakaian yang dikenakan pun berupa pakaian adat tradisional. Nah, pakaian adat Betawi khusus untuk pengantin berbeda dengan deretan pakaian adat di atas. Bahan, model, serta aksesorisnya lebih kompleks sehingga terlihat mewah.
Pengantin pria menggunakan pakaian yang disebut “dandanan care haji”, yakni berupa jubah panjang berwarna cerah yang memiliki motif pada bagian lengan bawah dan dekat kancing. Dandanan care haji ini dilengkapi pula dengan penutup kepala yang terbuat dari sorban.
Sementara itu, pengantin wanita mengenakan dandanan yang dinamakan “rias besar dandanan care none pengantin cine”. Sama seperti namanya, pakaian ini terdiri dari blus hasil akulturasi Cina, Melayu, dan Arab, serta rok panjang yang ujungnya melebar, seperti model rok duyung.
Pengantin wanita adat Betawi juga dilengkapi dengan aksesoris kepala yang bernama kembang goyang. Selain kembang goyang yang berjumlah 20, mempelai wanita juga mengenakan siangko bercadar beserta mahkota atau sigar motif bunga. Tidak lupa bagi pengantin yang tidak berjilbab perlu menggunakan tatanan rambut sanggul, sehingga tampilannya makin cantik.
Tak berhenti sampai situ, pengantin wanita adat Betawi dilengkapi dengan aksesoris kalung, gelang, serta cincin permata permata agar tampak glamour. Dengan pakaian serta aksesoris yang lengkap, maka pengantin harus dirias secantik mungkin untuk mendukung penampilan.
Nah, yang kedua mempelai yang menggunakan pakaian adat Betawi itu biasanya menggunakan alas kaki berupa selop berbentuk perahu kolek. Ya, ujung selopnya berbentuk melengkung ke atas serta dihiasi manik-manik berkilau.
Cukup unik bukan pakaian dari hasil akulturasi beberapa budaya ini? Anda juga bisa mempelajari Pakaian adat Sunda, Pakaian adat Madura dan pakaian adat dari daerah asal Anda dan daerah sekitarnya, ya!